Fig 17.19
Dalam banyak aplikasi elektronika, pengendalian beban berdasarkan suhu sangat penting, seperti dalam sistem pendingin atau pengaman terhadap overheat. Salah satu metode yang umum digunakan adalah memanfaatkan termistor sebagai sensor suhu dan SCR (Silicon Controlled Rectifier) sebagai pengendali switching.
Rangkaian ini bekerja dengan prinsip pembacaan suhu melalui termistor (RT1). Perubahan suhu akan mengubah nilai resistansi RT1, yang kemudian mempengaruhi tegangan trigger pada gate SCR. Ketika tegangan tersebut melewati ambang batas, SCR aktif dan mengalirkan arus untuk mengaktifkan relay (RL1), sehingga beban dapat dikendalikan secara otomatis berdasarkan suhu.
Mempelajari prinsip kerja pengendalian suhu menggunakan sensor termistor.
Menganalisis penggunaan SCR sebagai saklar elektronik dalam pengendalian beban (relay).
Mengamati respon rangkaian terhadap perubahan suhu lingkungan.
Software Simulasi Rangkaian
1. Termistor NTC (RT1) – 20kΩ
2. SCR – T106
3. Relay 12V DC
4. Resistor tetap R1 – 100kΩ
5. Potensiometer RV1 – 9kΩ
6. Sumber tegangan DC 12V
Ringkasan Materi :
1. Termistor (RT1)
Termistor adalah resistor yang nilai resistansinya berubah terhadap suhu. Dalam rangkaian ini digunakan NTC (Negative Temperature Coefficient), di mana resistansi menurun saat suhu meningkat.
2. Potensiometer (RV1)
Digunakan sebagai pembagi tegangan untuk mengatur level referensi atau sensitivitas terhadap suhu. Ini mempengaruhi tegangan di gate SCR.
3. SCR (Silicon Controlled Rectifier)
SCR adalah komponen semikonduktor yang bekerja sebagai saklar terkendali. Ketika tegangan gate cukup, SCR mengalirkan arus dari anoda ke katoda dan tetap menyala sampai arus diputus.
4. Relay (RL1)
Relay digunakan untuk menghubungkan atau memutus beban eksternal berdasarkan kondisi output dari SCR. Dapat digunakan untuk mengontrol perangkat bertegangan lebih tinggi.
3 Problem
Problem 1 . Anda ingin mengatur kecerahan lampu AC 220V menggunakan rangkaian dimmer.
Solusi:
-
Gunakan TRIAC (misalnya BT136) sebagai saklar elektronik AC.
-
Kombinasikan dengan DIAC dan potensiometer sebagai rangkaian pemicu (phase control).
-
Potensiometer mengatur sudut penyulutan (firing angle), yang menentukan berapa lama TRIAC konduksi dalam setiap siklus AC.
-
Makin kecil sudut penyulutan, makin terang lampu.
Solusi:
-
Gunakan SCR sebagai saklar pelindung.
-
Tambahkan zener diode dan resistor untuk mendeteksi level overvoltage (misalnya 15V).
-
Jika tegangan > 15V, zener akan konduksi → memicu SCR → SCR menyambungkan beban langsung ke ground → menyetop suplai tegangan → proteksi aktif.
-
SCR tetap konduksi hingga reset manual (latch effect).
Solusi:
-
Gunakan UJT (Unijunction Transistor) sebagai relaxation oscillator.
-
Gabungkan dengan kapasitor dan resistor untuk mengatur waktu delay.
-
UJT akan memicu SCR setelah kapasitor mengisi sampai tegangan tertentu (V_p).
-
SCR kemudian mengaktifkan beban (misalnya lampu).
-
Lama delay tergantung waktu pengisian kapasitor:
A. Menyaring sinyal AC menjadi DC
B. Mengatur tegangan input secara linier
C. Mengendalikan daya tinggi dengan sinyal pemicu kecil
D. Menyimpan data digital sementara
Jawaban: C
Solusi:
SCR adalah saklar elektronik yang dapat mengendalikan arus besar menggunakan sinyal kecil di terminal gate. Setelah terpicu, SCR tetap ON hingga arus utama turun di bawah nilai tertentu (holding current).
Soal 2 . Manakah dari pernyataan berikut yang benar tentang DIAC?
A. DIAC hanya konduksi pada polaritas positif
B. DIAC adalah perangkat satu arah
C. DIAC digunakan untuk menstabilkan tegangan
D. DIAC konduksi pada tegangan ambang dalam dua arah
Jawaban: D
Solusi:
DIAC adalah dua arah (bidirectional) dan mulai konduksi saat tegangan mencapai breakover voltage, baik pada arah positif maupun negatif. Biasanya digunakan sebagai pemicu TRIAC.
Soal 3 . Apa fungsi utama dari UJT (Unijunction Transistor)?
A. Sebagai penguat tegangan
B. Sebagai saklar arus tinggi
C. Sebagai pembangkit pulsa atau osilator relaksasi
D. Sebagai penyearah AC ke DC
Jawaban: C
Solusi:
UJT sering digunakan dalam rangkaian relaxation oscillator untuk menghasilkan pulsa periodik, terutama sebagai pemicu bagi SCR atau TRIAC dalam pengatur daya.
a. Prosedur
1. Siapkan
Rangkaian:
- Pasang
komponen sesuai skematik yang ditampilkan.
- Pastikan
nilai resistor, thermistor, dan relay sesuai.
2. Set Suhu Awal:
- Atur
suhu RT1 ke nilai rendah (misal 25°C).
- Amati
bahwa relay RL1 tidak aktif (switch terbuka).
3 Naikkan Suhu:
- Tingkatkan
suhu RT1 secara perlahan (misalnya hingga > 40°C).
- Perhatikan
voltmeter pada gate SCR; jika voltase mencapai ambang (sekitar 0.7–1V),
maka SCR menyala.
4 Aktifnya Relay:
- Ketika
SCR menyala, RL1 aktif, dan kontak relay tertutup.
- Lampu/beban
(jika ada) bisa menyala sebagai indikator.
5
Uji Potensiometer (RV1):
- Atur
RV1 untuk mengubah ambang suhu trigger.
- Ini
bisa mengubah suhu kapan SCR akan aktif.
b. Rangkaian Simulasi Dan Prinsip kerja
Rangkaian Simulasi
Fig 17.19
Prinsip Kerja
- Suhu
Rendah (di bawah ambang batas):
- RT1
memiliki resistansi tinggi → tegangan di gate SCR lebih kecil dari
tegangan minimum trigger.
- SCR
tidak aktif → tidak ada arus mengalir ke RL1.
- Relay
RL1 tetap OFF → tidak menyambung beban.
- Suhu
Meningkat:
- RT1
menurun resistansinya → tegangan pembagi pada gate SCR meningkat.
- Ketika
tegangan melebihi ambang trigger SCR, SCR menyala (latch ON).
- Arus
mengalir ke RL1 → relay aktif (ON) → beban terhubung.
- Setelah
Aktif:
- SCR
tetap dalam kondisi ON meskipun suhu menurun sedikit (karena SCR memiliki
sifat latch).
- Untuk
mematikan SCR, arus harus dihentikan (biasanya secara manual atau pakai
sensor tambahan).
File Rangkaian Disini
Video Penjelasan Disini
Download Datasheet
- Datasheet voltmeter klik disini
- Datasheet transistor klik disini
- Datasheet osiloskop klik disini
- Datasheet dioda klik disini
- Datasheet baterai klik disini
- Datasheet Op- Amp klik disini
- Datasheet resistor klik disini
Komentar
Posting Komentar